Hasil kebudayaan yang terkenal pada zaman Neolithikum
ini adalah jenis kapak persegi dan kapak lonjong. Untuk
meningkatkan pemahaman Anda tentang perkembangan kapak
tersebut, maka amatilah gambar 1.7 di bawah ini.
Masih ingatkah Anda nama kapak pada gambar 1.7?
Kalau Anda ingat nama kapak tersebut berarti Anda masih ingat asal-usul penyebaran kapak tersebut melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia.
Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/ pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tAnda kebesaran. Untuk lebih jelasnya bentuk kapak persegi dari chalcedon, maka amatilah gambar 1.8 berikut ini.
Daerah asal kapak persegi adalah daratan Asia masuk
ke Indonesia melalui jalur barat dan daerah penyebarannya
di Indonesia adalah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Walaupun kapak persegi berasal dari daratan Asia, tetapi di Indonesia banyak ditemukan pabrik/tempat pembuatan kapak tersebut yaitu di Lahat (Sumatera Selatan), Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, Pacitan serta lereng selatan gunung Ijen (Jawa Timur).
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan penyebaran kapak persegi, di Indonesia Timur juga tersebar sejenis kapak yang penampang melintangnya berbentuk lonjong sehingga disebut kapak lonjong.
Untuk mengetahui bentuk kapak lonjong, silahkan Anda amati gambar 1.9 berikut ini.
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali,
dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan dari
kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang
lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya
diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan
kapak lonjong sudah diasah halus.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
Perhatikan Tabel Berikut:
Tabel 1.5 Hasil Kebudayaan Neolithikum dan Penyebarannya
Pada jaman Neolithikum selain berkembang kapak persegi dan kapak lonjong juga terdapat barang-barang yang lain seperti perhiasan, gerabah dan pakaian. Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu, baik batu biasa maupun batu berwarna/batu permata atau juga terbuat dari kulit kerang.
Selain perhiasan, gerabah juga baru dikenal pada zaman Neolithikum, dan teknik pembuatannya masih sangat sederhana, karena hanya menggunakan tangan tanpa bantuan roda pemutar seperti sekarang. Sedangkan pakaian yang dikenal oleh masyarakat pada zaman Neolithikum dapat diketahui melalui suatu kesimpulan penemuan alat pemukul kayu di daerah Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Hal ini berarti pakaian yang dikenal pada zaman Neolithikum berasal dari kulit kayu. Dan kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya pakaian suku dayak dan suku Toraja, yang terbuat dari kulit kayu.
Dengan adanya contoh-contoh kebudayaan Neolithikum, maka untuk memudahkan Anda memahami keseluruhan dari kebudayaan zaman batu. Simaklah tabel 1.6 berikut ini
Tabel 1.6 IKHTISAR KEBUDAYAAN ZAMAN BATU
Masih ingatkah Anda nama kapak pada gambar 1.7?
Kalau Anda ingat nama kapak tersebut berarti Anda masih ingat asal-usul penyebaran kapak tersebut melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia.
Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/ pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tAnda kebesaran. Untuk lebih jelasnya bentuk kapak persegi dari chalcedon, maka amatilah gambar 1.8 berikut ini.
Gambar 1.8. Kapak Chalcedon |
Walaupun kapak persegi berasal dari daratan Asia, tetapi di Indonesia banyak ditemukan pabrik/tempat pembuatan kapak tersebut yaitu di Lahat (Sumatera Selatan), Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, Pacitan serta lereng selatan gunung Ijen (Jawa Timur).
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan penyebaran kapak persegi, di Indonesia Timur juga tersebar sejenis kapak yang penampang melintangnya berbentuk lonjong sehingga disebut kapak lonjong.
Untuk mengetahui bentuk kapak lonjong, silahkan Anda amati gambar 1.9 berikut ini.
Gambar 1.9. Kapak Lonjong |
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
Perhatikan Tabel Berikut:
Hasil kebudayaan Neolitikum
|
Ukuran
|
Jalur
Penyebaran |
Daerah
Penyebaran di Indonesia |
Fungsi
|
Manusia
Pendukung |
Kapak Persegi
|
Beliung (Besar)
Tarah (Kecil)
|
Daratan Asia Malaysia Barat
Sumatra
Jawa Bali- Kalimantan |
Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan,
Nusa Tenggara, Maluku
|
Alat pertanian, pacul dan
alat upacara
|
Suku Nias, Toraja, Sasak,
Dayak, Batak
(Proto Melayu) |
Kapak Lonjong
|
Walzenbeil (Besar)
Kleinbeil (Kecil) |
Daratan Asia Jepang
Formosa Philipina Minahasa Irian |
Irian , Leti, Tanimbar, Seram,
Gorong, Minahasa
|
Alat Pertanian, Alat Upacara
|
Pada jaman Neolithikum selain berkembang kapak persegi dan kapak lonjong juga terdapat barang-barang yang lain seperti perhiasan, gerabah dan pakaian. Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu, baik batu biasa maupun batu berwarna/batu permata atau juga terbuat dari kulit kerang.
Selain perhiasan, gerabah juga baru dikenal pada zaman Neolithikum, dan teknik pembuatannya masih sangat sederhana, karena hanya menggunakan tangan tanpa bantuan roda pemutar seperti sekarang. Sedangkan pakaian yang dikenal oleh masyarakat pada zaman Neolithikum dapat diketahui melalui suatu kesimpulan penemuan alat pemukul kayu di daerah Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Hal ini berarti pakaian yang dikenal pada zaman Neolithikum berasal dari kulit kayu. Dan kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya pakaian suku dayak dan suku Toraja, yang terbuat dari kulit kayu.
Dengan adanya contoh-contoh kebudayaan Neolithikum, maka untuk memudahkan Anda memahami keseluruhan dari kebudayaan zaman batu. Simaklah tabel 1.6 berikut ini
Zaman
|
Hasil kebudayaan
|
Manusia pendukung
|
Ciri-ciri hasil budaya
|
Palaeolithikum |
Kapak genggam chopper/kapak
perimbas,alat serpih/ flekes, alat-alat tulang
|
- Homo Erectus
- Homo sapiens wajakensis -Homo sapiens Soloensis |
Batunya kasar
Belum dibentuk
|
Mesolothikum |
Kjokkenmoddinger
Abris Sous Roche Pebble, Hache Courte, Flakes Ujung mata panah, pipisan |
Papua Melanosoide
|
Batunya agak halus
Agak dibentuk sesuai kebutuhan
|
Neolithikum |
Kapak persegi
Kapak lonjong Perhiasan Gerabah |
Proto melayu
(suku Nias, Toraja, Dayak, sasak) |
Batunya sudah halus
Dibentuk sesuai kebutuhan
|
Tabel 1.6 IKHTISAR KEBUDAYAAN ZAMAN BATU